Sponsors

Sebuah Renungan

(15) Cobaan berat sering menimpa orang-orang yang baru bertaubat. Hal itu untuk menguji, apakah taubatnya benar-benar murni atau hanya main-main saja? [[Catatan: Setiap orang yang baru bertaubat, biasanya akan diberi "uang muka", berupa kegembiraan-kegembiraan sebagai sambutan atas pertaubatan dia. Namun setelah itu, biasanya dia akan diberi cobaan tertentu yang benar-benar menguji keimanannya. Kalau dia sanggup melewati ujian itu dengan sabar, dia akan lolos dari ujian dan benar-benar mendapatkan taubat yang murni. Namun, kalau dia gagal melewati ujian dan merasa tidak sanggup hidup dalam taubat, dia akan jatuh kembali ke posisi semula. Bisa jadi saat itu syaitan akan menggodanya, sehingga menjadi lebih terjerumus dibandingkan sebelum saat bertaubat.



Caranya bagaimana menghadapi godaan syaitan itu? Pertama, sadarilah bahwa cobaan untuk menguji niat taubat kita, apakah serius atau main-main, itu memang ada. Kedua, kalau diukur-ukur, cobaan setelah taubat itu sebenarnya tidak berat. Hanya yang membuatnya tampak berat, karena kita menghadapi bisikan syaitan yang terus-menerus menggoda hati kita agar berhenti bertaubat. Kalau kita sering mengulang-ulang bacaan Surat Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Naas, insya Allah bisikan syaitan itu bisa ditatasi. Ketiga, kebebasan hidup setelah bertaubat sungguh jauh lebih nikmat daripada "kebebasan" kita bergelimang dalam dosa. Bagaimanapun Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan selalu mensucikan diri]].

(14) Orang yang baik itu kalau berbuat salah, cepat mendapat peringatan dari Allah, sehingga dirinya segera bertaubat. Sedangkan orang jahat itu kalau berbuat salah, malah ditambah-tambah rizkinya, agar dia semakin bergelimang dengan kesalahan.

[[Catatan: Banyak orang tertipu dengan rizki yang dia peroleh. Dia menganggap bahwa bertambah rizki di sisinya dianggap sebagai kebaikan murni. Padahal sebagian rizki itu justru merupakan fitnah bagi yang bersangkutan. Jika seseorang bertambah shalih dan bertambah rizkinya, bersyukurlah. Itu pertanda keberkahan. Namun harus hati-hati, seseorang yang semakin terjerumus dosa, namun rizkinya malah semakin bertambah. Rizki semacam itu merupakan fitnah yang kelak bisa menjadi bala' yang sangat menyakitkan. Banyak orang 'kaya mendadak' setelah masuk dunia politik. Padahal mereka tidak menunaikan amanah perjuangan politik Islam. Yang mungkar dibiarkan, yang Islami tidak dibela. Namun aneh, rizki mereka kok semakin 'kinclong' ya? Nah, itulah yang tidak mau dimengerti oleh orang-orang itu. Nanti, kalau sudah benar-benar piyek (hancur), barulah timbul kesadaran]].

(13) Betapa manis penampilan wanita seksi, tetapi betapa pahit keadaan jiwanya.

[[Catatan: Hampir dipastikan, tanpa terkecuali, wanita yang memperlihatkan keseksian diri di depan umum, mereka menarik mata laki-laki. Ini sudah fithrah. Tetapi dapat dipastikan juga bahwa wanita seperti itu memiliki jiwa-jiwa yang sakit, pahit, dan penuh masalah. Ibaratnya, "Indah dalam pandangan mata. Namun pedih dalam interaksi dengannya." Sungguh, tidak ada yang bisa membantah, bahwa pemilik penampilan seksi (selain di depan suaminya sendiri) adalah orang-orang yang penuh masalah. Hanya masalah itu tidak tampak di mata kita. Sedangkan mata kita cenderung fokus dengan penampilannya, tak mau menjangkau "yang di balik" penampilan]].

(12) Siapakah wanita yang tidak berkualitas? Mereka adalah wanita yang ketika tidak memiliki kelebihan untuk ditunjukkan; mereka lucuti tubuhnya untuk mencari perhatian.

[[Catatan: Itulah ciri termudah untuk memahami kualitas seorang wanita. Tidak peduli, siapapun dirinya, sepintar apapun dia, setinggi apapun sekolahnya, sefasih apapun bahasa Inggrisnya. Wanita yang tidak berkualitas, akan menjadikan keseksian dirinya sebagai "alat tawar" untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan tertentu. Hanya masalahnya, sebagian besar wanita jaman modern ini: tidak berkualitas!]].
(11) Semua wanita itu menarik hati, tetapi semua wanita SAMA.

[[Catatan: Ini adalah sebuah prinsip besar yang patut kita ketahui. Banyak manusia terjerumus karena godaan wanita. Kaum Yahudi sangat pandai. Mereka memahami bahwa fitrah laki-laki selalu terpikat dengan pesona wanita. Maka Yahudi menjadikan wanita sebagai komoditi untuk merusak moral manusia. Lihatlah iklan, film, sinetron, artis, seniman, kemasan produk, penjaga toko, staff kantor, teller bank, dll. selalu memakai wanita dengan penampilan cantik dan pakaian seksi. Yahudi ingin menempatkan wanita sebagai "ranjau-ranjau" untuk membongkar moral manusia, dimanapun mereka berada. Banyak laki-laki terpikat, atau terjerumus oleh "serbuan pesona wanita" ini. Padahal sejujurkan, kalau mau berpikir logis dan lebih berwawasan, kaum wanita itu SAMA. Pusat pesona, struktur, anatomi mereka sama belaka. Hanya "chasing"-nya yang berbeda. Tetapi secara umum mereka sama. Oleh karena itu, Islam memberi solusi berupa ISTERI. Boleh 2, 3, 4 isteri, atau cukup 1 saja. Solusi ini menakjubkan, sebab ia memberi esensi sebenarnya. Andai manusia ingin meraih kenikmatan dari 1000 wanita, hal itu sebenarnya SAMA saja dengan mendapat nikmat dari 1 wanita saja. Semua wanita sama, hanya "chasing" berbeda]].

(10) Seorang atheis berkata, “Tuhan itu tidak ada.” Maka saya katakan kepada orang itu sambil tersenyum, “Apa itu Tuhan? Dan apa itu ada?”

[[Catatan: Kalimat di atas bukan dari saya sendiri, tapi dari Sir Muhammad Iqbal, seorang penyair besar asal Pakistan. Beliau bekerja puluhan tahun dalam dunia filsafat, menghasilkan karya-karya syair yang dikagumi dunia internasional. Gelar "Sir" diberikan oleh Kerajaan Inggris sebagai penghargaan atas dedikasi beliau dalam Sastra Inggris. Maksud kalimat di atas, kurang lebih: Orang atheis tidak mempercayai Allah (Tuhan), lebih karena mereka terlalu berpikir materialis. Segala sesuatu diukur dengan materi. Padahal dalam kehidupan ini, baik materi maupun immateri keduanya eksis. Bahkan sisi immateri (keghaiban) jauh lebih eksis].

(09) Seseorang belum disebut cerdas, sebelum memahami bahwa Yahudi itu memang cerdas. Tetapi seseorang belum mencapai taraf kebenaran, sebelum menyadari bahwa orang Mukmin itu lebih cerdas dari Yahudi.
[[Catatan: Orang yang belum memahami bahwa Yahudi itu cerdas, karena dia belum banyak membaca, belum banyak menyelidiki, dan mengapresiasi karya-karya Yahudi dalam peradaban modern. Bahkan dia belum secara gentle mengakui kecerasan orang lain secara obyektif. Wajar jika dia belum disebut cerdas. Namun cerdas saja, belum cukup. Cerdas jika tidak menyampaikan kepada KEBENARAN, apalah gunanya? Maka seseorang belum disebut memahami kecerdasan hakiki, sebelum menyadari bahwa orang-orang beriman (Mukmin) lebih cerdas dari Yahudi. Orang beriman mengerti sepak-terjang Yahudi, misinya, konsep, skema, bahkan dampak yang akan terjadi dari sepak terjang itu. Dari mana orang-orang beriman memahami semua ini? Sebab mereka ditolong oleh Allah untuk memahami makar musuh-musuhnya, dan diberitahu formula-formula untuk mengatasinya. Hanya saja, formula-formula itu tidak selalu efektif bisa dijalankan, sebab hanya didukung oleh kekuatan sporadis. Andai ada konsep negara yang 100 % mendidikasikan dirinya untuk kemajuan Islam, tentu Ummat ini akan menyaksikan pertunjukan kecerdasan oleh kaum Mukminin. Masya Allah, laa haula wa laa quwwata illa billah]].

(08) Seorang insan mengharapkan Allah bekerja dalam skenarionya, sehingga setiap impian-impiannya akan tercapai sempurna. Namun Allah Maha Tahu, Dia mengetahui seluruh sisi kehidupan insan itu. Apa yang diberikan-Nya adalah yang terbaik menurut ilmu-Nya, meskipun ia tampak kurang berharga di mata hamba-Nya. Andai Allah memberi secara sempurna apa saja yang diminta hamba-Nya, tanpa mempedulikan sisi-sisi kebaikan dari kehidupan hamba itu, maka bisa jadi ia akan menjadi manusia miskin, lemah, dan terabaikan. Insan itu tidak tahu, sedangkan Allah lebih tahu. Hadapilah kehidupanmu, sekalipun engkau selalu merasa “kurang”. Berlatihlah mensyukuri nikmat, sebab syukur itu akan menjadi pondasi kebahagiaanmu (bukan impian-impianmu yang tidak berkesudahan itu). (07) Di suatu jaman, Ummat ini merasakan saat-saat “paceklik” kemenangan. Begitu sulit merealisasikan kemenangan itu, sebab begitu banyak hambatan menghadang di jalan, dari berbagai arah. Namun di masa yang lain, kemenangan itu terasa “obralan”. Ia begitu deras menghampiri Ummat ini, seperti gelombang air laut yang tidak kenal henti berdatangan ke pantai. Suatu jaman Ummat dicoba dengan “paceklik”, di jaman berbeda dicoba dengan “panen anugrah”. Di jaman manapun kita berada, seorang Mukmin akan meyakini bahwa kemenangan itu semata dari Allah belaka, bukan dari kekuatan tangannya.

[[Catatan: Kekalahan Ummat kadang membuat kita frustasi, sedangkan kemenangan Ummat kadang membuat kita sombong. Sikap yang benar, kekalahan akan dihadapi dengan shabar; sedang kemenangan akan dihadapi dengan syukur. Shabar atau syukur akan sulit terealisasi jika kita tidak meyakini, wa maa an nashru ill min 'indillahil 'azizil hakim, dan pertolongan itu tidaklah datang melainkan dari sisi Allah yang Maha Aziz dan Maha Hakim. Teguhkan keyakinan ini di hatimu saudaramu, maka Allah akan menegakkan kemenangan dalam kehidupanmu. Insya Allah wa amin]].

(06) Suatu kaum yang malang, ialah mereka yang diperlihatkan oleh Allah sebab-sebab kekalahan dirinya, namun mereka tidak ditolong oleh Allah untuk mencapai kemenangan. Sedangkan kaum yang binasa, adalah mereka yang tidak ditunjukkan sebab-sebab kekalahannya, dan tidak pula ditolong untuk mencapai kemenangan. Adapun kaum yang berjaya, adalah mereka yang diberitahu sebab-sebab kekalahannya, lalu ditolong untuk merealisasikan sebab-sebab kemenangannya.
[[Catatan: Ummat Islam di Indonesia saat ini bisa dianggap termasuk kaum yang malang. Kita tahu dan sadar tentang sebab-sebab kekalahan kita, namun begitu sulitnya kita merealisasikan syarat-syarat mencapai kemenangan. Hidayah ilmu telah ditunjukkan sedemikian banyaknya, namun hidayah taufiq belum dikaruniakan kepada kita, sehingga dari masa ke masa, kita lebih banyak bersabar menanti datangnya pertolongan Allah itu. Bagaimanapun, innallah ma'as shabirin, Allah senantiasa bersama hamba-hamba-Nya yang sabar]].

(05) Musuh terbesar seorang manusia yang sedang berjuang meraih sukses, seringkali tidak berasal dari manapun, tetapi dari dirinya sendiri.
[[ Catatan: Setiap manusia memiliki hawa nafsu, nah hawa nafsu inilah yang kerap menghambat perjalanan menuju tangga sukses. Hawa nafsu bukan "nafsu" makan, minum, seks, dan lainnya. Hawa nafsu itu adalah dorongan dalam diri untuk selalu menghindari kebaikan dan mendekati keburukan. Hawa nafsu selalu ingin konfrontasi dengan kebaikan, dan mendukung penuh keburukan. Maka itu dalam Al Qur'an disebutkan sebuah ayat yang bunyinya, "Wa man khafa maqama Rabbihi wa nahan nafsa 'anil hawa, fa innal jannata hiyal ma'wa" (siapa yang takut dengan kedudukan Rabb-nya dan menahan hawa nafsunya, maka tempat kembalinya adalah syurga). Maka berjuanglah untuk menaklukkan dirimu sendiri, sebelum menaklukkan musuh-musuhmu! ]].

(04) Berbuat salah itu mudah, tetapi meminta maaf atas kesalahan tidaklah mudah. Meminta maaf itu biasa, tetapi berani memberi maaf itu luar biasa. Memberi maaf itu hebat, tetapi mengakui kesalahan diri lebih hebat. Mengakui kesalahan diri jelas istimewa, tetapi berani mengakui kebaikan orang lain, itu lebih istimewa. Mengakui kelebihan orang sungguh tidak mudah, tetapi lebih tidak mudah lagi mensyukuri kebaikan orang, bahkan mendoakan orang-orang yang baik itu. …jika kita belum mengerjakan salah satu dari kebaikan di atas, belum layak kita disebut sebagai manusia yang berakhlak mulia. Semoga Allah selalu menjadikan kita sebagai orang baik, sepanjang nafas di kandung badan. Amin.

(03) Tontonan seks liar hanyalah menyilaukan mata, menyiksa telinga, dan membuat birahi bergejolak. Namun disana tidak ada nilai berharga yang bisa diterima.

[[ Catatan: Kalau menyaksikan media-media pornografi, kita dibuat seperti sangat tergiur menyaksikan semua tontonan itu -meskipun banyak juga yang merasa sangat jijik-. Tetapi semua ketergiuran ini hanyalah tipuan mata belaka. Anda tidak akan pernah mendapat kenikmatan sejati dengan mengagumi tontonan itu. Kenikmatan sejati ada di diri isteri Anda yang didekati dengan cara yang baik, dan menempuh cara yang baik pula. Hanya itu potensi kesenangan seksual yang Allah sediakan bagi kita. Adapun tontonan seks liar, hanya menipu mata belaka. Bahkan para pelaku perbuatan mesum itu, mereka sama sekali tidak mendapatkan impian yang mereka inginkan. Tidak mungkin, Allah akan memberikan kepuasan kepada siapa yang menempuh cara salah! Tidak mungkin! Nah, disinilah banyak generasi muda tertipu oleh media-media pornografi ]].
(02) Kenikmatan seks bukanlah sensasi yang tergantung cara manusia dalam mendapatkannya. Tetapi ia adalah rizki yang besar-kecilnya, sepenuhnya ditentukan oleh Allah Ar Razzaq.

[[ Catatan: Kaum hedonis bersikap liar dalam mengelola potensi kenikmatan seks yang ada di tangan mereka. Mereka berpikir, "Semakin liar cara kita, semakin excited rasanya. Oh oho, enaknya berliar-liar ria di dunia seks, menikmati sensasi sesuka hati, bebas, tanpa kendali apapun. Oooh, hooo, enaknya, serba bebas, puas." Begitulah jalan pikiran mereka. Tetapi yakinlah saudaraku, hakikat nikmat seks itu sepenuh ada di Tangan Allah. Dia akan memberikan sensasi nikmat tertinggi kepada siapa yang paling baik caranya dalam mengambil nikmat itu. Lihatlah kaum hedonis itu, apa yang mereka dapatkan setelah berliar-liar ria dengan segala sensasi seks-nya? Mereka hanya mendapatkan kecewa, penyesalan, dan sakit hati tak berkesudahan, sampai akhir hayatnya. Kasihan benar ]].
(01) Kehidupan memiliki makna berbeda bagi setiap manusia. Bagi seorang Muslim, kehidupan laksana perjalanan panjang untuk semakin memahami Kemurahan Rabb-nya, Allah Azza Wa ‘Ala.

[[ Catatan: Setiap kita telah diberi jatah usia dan rizki, untuk menjalani hidup ini. Allah Ta'ala telah menunjukkan jalan yang lurus yang mesti kita lewati; sedangkan syaitan dan hawa nafsu justru menunjukkan jalur lain yang sesat dari jalan yang lurus. Para penempuh jalan Allah yang istiqamah sampai akhir hayatnya, semoga kita mendapatkan karunia ini -amin ya Karim-, mereka bukan saja akan selamat. Tetapi di titik final itu dia akan jauh lebih memahami Sifat Kemurahan Rabb-nya, lalu bersyukur kepada-Nya. Nah, itulah titik final yang kita harapkan. Allahumma amin ]].

Penulis : Abu Muhammad Waskito - abisyakir.wordpress.com

6 comments:

  1. artikel yg bagus sob...
    salam kenal yah,aku follow ya...

    ReplyDelete
  2. Thanks sob mengingatkanku lewat postingan ini :)

    ReplyDelete
  3. yah ini bs di buat renungan ku slm hidupku... bagus infonya

    ReplyDelete
  4. Happy blogging! See u on my blog. Ditunggu komennya di postingan baruku.

    -desti hamster land-

    ReplyDelete
  5. Yang penting istiqamah ya bung..!! ^_^

    ReplyDelete
  6. semoga kita di beri perlindungan oleh Allah

    ReplyDelete

Silakan Tulis Komentar anda di bawah ini, tapi no SPAM ya !
Jazakallahufik.

Statistik

Disqus for Assunnah