Sponsors

Gosip nich, gossiiiip!

Gosip, gosip… kayaknya hidup kita hambar tanpa gosip. Padahal sebenarnya tanpa gosip justru hidup ini lebih aman, dunia dan akhirat.
Seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, apa itu gosip (atau ghibah dalam Bahasa Arab). Dan dijawab oleh beliau SAW “Ghibah adalah mengatakan sesuatu tentang saudaramu yang tidak ia sukai di belakang orangnya.” Lantas si sahabat bertanya, “apakah masih dikatakan ghibah jika yang saya katakan itu memang benar terdapat pada dirinya?” Rasulullah SAW menjawab, “bila benar demikian, maka sebenarnya itulah ghibah; sedangkan jika yang kamu katakan itu dusta, maka kamu telah memfitnah”.

Firman Allah SWT tentang ghibah . . .

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. (Al-Hujarat:12)

Sabda Rasulullah SAW tentang ghibah . . .

Riba itu ada tujuh puluh dua pintu, yang paling ringan daripadanya sama dengan seorang laki-laki yang menyetubuhi ibunya (sendiri), dan riba yang paling berat adalah pergunjingan seorang laki-laki atas kehormatan saudaranya”. (As-Silsilah As-Shahihah, 1871)Hehe… jelas gosip ini bukan perkara main-main. Oleh kita justru dijadikan permainan sehari-hari. Kalau sudah acara infotainment, rame-rame duduk manis di depan televisi. Kadang malah kalau kebetulan adik atau ponakan lagi baca Quran, disuruh pelan-pelan karena takut menganggu kekhusyukkan menonton orang bergosip. Na’udzubillah min dzalik.
Tapi, jauh sebelum ada media massa, gosip sebenarnya sudah jadi bagian kehidupan kita. Kalau sudah berkumpul, biasa ada aja satu atau sekelompok orang yang dijadikan objek pergunjingan. Suatu ketika Rasulullah SAW melihat beberapa orang, kemudian beliau SAW berkata, “Cungkillah gigi-gigi kalian”. Mereka berkata, “Pada hari ini kami tidak memakan daging apapun.” Rasulullah SAW kemudian berkata, “Daging si Fulan telah melekat pada gigi-gigi kalian (karena kalian tadi mempergunjingkan dia)”.
Baiklah, saya mencoba “adil” dech. Sebenarnya, ada juga ghibah yang diperbolehkan, yaitu pada dua kasus:

• Demi suatu kepentingan.
Misalnya pada kasus seorang laki-laki bertanya kepada kerabatnya tentang kondisi seorang perempuan yang hendak dinikahinya. Atau dalam sebuah pertemuan yang mengharuskan membicarakan tentang seseorang yang tidak hadir dalam pertemuan itu - tentu saja ini adalah pertemuan yang halal, seperti dalam pertemuan para ahli hadits membicarakan kecacatan perawi-perawi hadits untuk memastikan keshahihan hadits tersebut.
• Demi sebuah niat.
Misalnya dengan niat mendamaikan dua orang yang bertengkar, maka dia berbicara pada salah satu orang tentang lawannya yang bisa membuat mereka damai.

Saatnya kita interopeksi diri. Kalau masih ada hawa nafsu bergosip, berarti itu memang berasal dari diri kita sendiri - dengan kata lain, sifat mengerikan ini sudah menjadi kebiasaan kita. Dan jelas, ini bukanlah kebiasaan yang pantas dipelihara.
Oya yang terpenting adalah bagaimana kita senantiasa berusaha untuk bertaubat seperti sabda Rasulullah:
“Setiap manusia cendrung berdosa, dan yang paling baik dari yang berdosa itu adalah yang senantiasa bertobat.”
Mari kita perbanyak istighfar dan dzikir. Semoga Allah SWT mengampuni kita atas semua kelalaian kita, semoga Allah SWT memaafkan kita atas semua kebiasaan setan kita, dan semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk menghidupkan sunnah-sunnah Rasul sebanyak mungkin. Ammmiiinnn…

Statistik

Disqus for Assunnah